Friday, March 19, 2004 |
Cinta Sejati!!?? |
Post pertama kali, rabu 27 agustus 03 di kukuruyuk
Deg. Wajah itu hampir tidak berubah sama sekali. Hanya kerutan di wajahnya saja yang menambah ketuaan. Tetap cantik, menyiratkan kelembutan. Wajah itu kembali memenuhi memori otakku, memutar mundur secara cepat ke masa lalu. Sepuluh tahun yang lalu, saat usiaku 8 tahun, wajah itu meninggalkan kami (ayah,aku dan ragil). Ia selalu kufantasikan telah meninggal, dan setiap menjelang ramadhan dan idul fitri kami akan menziarahi kuburannya. Tapi itu hanya sebuah rasionalisasi untuk mengikis rasa benciku padanya, setidaknya untuk memberi cap baik padanya. Seandainya saja ia benar-benar mati, tentu saja mbah putri yang sudah sepuh (ibu wajah itu) akan mengabarkannya pada kami, yang tak pernah pergi kemana-mana.
Sosok itu masih asyik bercengkerama dengan bocah laki-laki, dan sosok pria yang seusianya. Penuh kemesraan dan kasih sayang, yang selama 10 tahun selalu kuimpikan. Deg, sosok itu menyadari diriku yang memperhatikannya. Memandangku cukup lama, sebelum aku meninggalkannya dengan gugup.
***
Suara di ujung telepon yang baru saja mengucapkan salam itu benar-benar tidak berubah. Tetap penuh kelembutan. "Jangan dulu tutup teleponnya, aku ingin bicara!" pintanya.
"Suatu pembelaan?" tanyaku. Suara diseberang mengiyakan, tetap penuh ketenangan. "Kenapa baru sekarang?"
"Maap. Kau pasti belum siaap saat itu. Dan kini saat yang tepat, setidaknya kau sudah sedikit mengetahuinya bukan?" Seperti yang sudah kuduga,ia berfikir saat pergi meninggalkan kami, aku masih kanak-kanak yang belum bisa memahami. Huh... seandainya saja kau tahu, aku lebih dewasa dari yang kau sangka, karena kau memaksakannya, mengambil semua masa kanak-kanak yang seharusnya aku dapatkan.
"Aku menikah dengan ayahmu karena terpaksa, sama sekali tanpa rasa cinta.Pernikahan kami karena kemauan kedua orang tuaku." ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya panjang. "Aku telah mempunyai kekasih, dan sangat mencintainya. Hanya saja aku terlalu lemah untuk berontak saat itu."
"Dan kotak musik itu...?"
"Ya, itu hadiah yang ia berikan saat merayakan setahun hubungan kami. Dan hanya benda itu yang mengobati kerinduanku padanya, memupuk keberanianku." Kotak musik dengan miniatur sepasang kekasih yang berdansa mengikuti iringan lagu itu sangat disayanginya. Sering aku melihatnya menitikkan air mata bila melihat benda itu. Melarang aku dan ragil bermain kotak musik itu. Aku belum tahu kenapa ia sangat menjaganya saat itu.
"Sepuluh tahun, waktu yang cukup bagiku untuk menumbuhkan keberanianku untuk meninggalkan kalian. Maap, aku harus kembali padanya yang tetap menantiku."
"Ya, sepuluh tahun itu pula... ibu memupuk keegoisan ibu, meninggalkan kami begitu saja tanpa rasa kasih sayang sedikitpun," sambungku. Berat aku mengucapkan kata "ibu", toh sedari tadi ia menggunakan kata "aku" bukan ibu.
"Maap, suatu saat mungkin kau dapat memahaminya. Salam buat ayah dan adikmu." Hah...?? betapa perkasanya ia, mampu menghapus segala memori tentang kami. Bagian masa lalunya. Sesuatu yang sama sekali musykil kulakukan.
Seandainya saja ia mencoba mencari tahu, betapa ayah sangat mencintainya. Ayah yang selalu mengasuh dan menyayangi kami (aku dan ragil), menghabiskan sebagian besar waktunya bersama kami hanya untuk mencoba mengubur memori tentang dirimu. "Kenapa ayah tidak menikah saja lagi?Daripada repot begini?" tanyaku suatu saat, saat menyiapkan bekal sekolah kami. "Karena ayah mencintai ibumu, mencintai kalian semua..."
Tuuuttt...sejak tadi telepon terputus, mendengung keras ditelinga. I luv u dad. |
posted by adhip @ 8:11 AM |
|
|
Thursday, March 18, 2004 |
Pasar malam |
Post pertama kali, ahad 24 agustus 03 di kukuruyuk
Beberapa pekan yang lalu dekat rumah ada pasar malam. Nggak gede, cuman seukuran lapangan bola, kalah jauh sama PRJ. Iyalah... iseng-iseng, rombongan berlima bareng sama kakak-kakak ikutan berkunjung :p hehehehe.. Yang pertama diliat komedi putar. Diputarnya nggak pake mesin, tapi sama satu orang abang *duh, sampe ngos-ngosan muter, nggak puyeng bang?*. Di sebelahnya lagi ada bianglala kayak yang di dufan, cuman ukurannya mini. Bentuknya mirip kurungan burung, jadi kalo mo naik kudu sambil berkicau (bukan berkokok :D). Pengen nyoba sih, tapi ngingat bodi yang subur, takut nanti bianglalanya ambruk hwakakakak...
Selain arena permainan, yang paling ngedominasi itu stand pakaian. Harganya miring banget, sampe limabelas ribuan per potong. Rame-rame nyamperin stand pakaian, trus megang-megang pakaiannya, trus pindah lagi ke stand sebelah, trus megang pakaian lagi, trus... gitu terus pokoknya, sampe semua stand pakaian disamperin. Padahal hampir semua stand ngejual pakaian yang sama.Tinggal si pelayan yang ngendelikin mata *sori.. sori bang*
Bosan ngubek-ngubek stand pakaian, ke pojokan pasar malam. Lho... kok rame orang pada ngumpul, ngejongkok lagi. Ternyata... lagi pada asyik nonton orang lagi maen judi, hwalah...
Capek jalan, mending pulang sambil ngebawa arummanis warna jambon sama kerang hijau... apa hubungannya coba? *binun* :D hwawawawa.... |
posted by adhip @ 10:11 AM |
|
|
Wednesday, March 17, 2004 |
Bajakan |
Post pertama kali, sabtu 23 agustus 03 di kukuruyuk
Satu siang di sebuah toko kaset sekitar bulak kapal.
*ghubrakkk*
"Ada apa neng?" tanya pelayan toko kaset
"Gimana sih bang? tadi nih, akang gue beli kaset Padi, kok dikasih yang bajakan sih? nih akang gue,” si neng ngedorong akangnya tepat di hadapan pelayan toko.
"Iya, masih ingat sama wajah saya kan?" tanya akang sambil mamerin wajahnya.
"Iya, iya, ingatlah, ‘kan barusan kemari 20 menit yang lalu."
"Syukur deh, kalo masih ingat," sahut akang sambil pindah ke belakang bodi neng.
"Nih, lihat bang! kaset Padinya kagak ada teksnya!" neng mulai ngomong lagi. "punya teman gue ada teksnya, buktinya didengerin di walkman sambil nyanyi-nyanyi baca teks."
"Wah... mungkin dari sananya yang rusak neng, kelupaan nyetak teksnya," jawab pelayan toko ngasal.
"Gak mungkin bang, ini buktinya," ngeluarin kaset inul dari dalam saku celana. "nih kaset Inul gue, asli, ada tanda bukti lunas pajaknya, lha, kaset ini kagak ada kertas lunas pajaknya!" nunjukin kertas cukai ppn.
Pelayan toko bengong, trus ngambil kaset padi yang ada kertas cukai ppn.
"Ini baru asli" neng ngerebut. "Tuh, liat, ada teksnya. Lho, ini ada petunjuk ngedonlod rington lagu lagi, yang tadi kagak ada. Asli bajakan!"
"Nih gue balikin kaset bajakan tadi," narik akangnya ninggalin toko kaset. "Jangan ngejual kaset bajakan dong, mana harganya sama lagi? kalo bajakan itu harganya limarebu wae bang!" ngeloyor pergi.
*ghubrakkk*
Pelayan toko cuman bengong. |
posted by adhip @ 9:27 AM |
|
|
Monday, March 15, 2004 |
Ayo menulis! |
Post pertama kali, jum'at 22 agustus 03 di kukuruyuk
Hwakakakak... judulnya rada ngedangdut ya? bingung sih mo ngasi judul yang bagus apa. Tapi yang jelas, sudah baca hasil pengumuman lomba menulis surat untuk presiden belum? Contoh suratnya bisa diliat di postingannya amadhea ato sagad. Nah, coba liat lagi komentarnya, rame banget. Ada yang gak percaya kalo yang nulis bukan Abdurahman Faiz (ternyata putranya helvy tiana rosa, kalo belum kenal sama HTR manfaatin saja goggle dengan kata kunci helvy tiana rosa). Wajar saja mbak HTR sudah ngajarin putranya menulis dari kecil. Siapa dulu dong ibunya *jayus*. Ini budaya yang bagus lho!
Coba baca cerita Gola Gong *hayo...sapa yang belum tau golagong lagi?* berikut. "Kegemaran saya menulis sudah muncul sejak duduk di bangku sekolah dasar. Kalau ada sandiwara radio di RRI nasional, saya tulis ulang ceritanya, kemudian saya bagi-bagikan kepada teman-teman saya di kompleks perumahan. Seiring berjalannya waktu dan saya duduk di bangku sekolah menengah pertama, kegiatan menulis saya makin rutin. Saya membuat naskah komik sekaligus membuat gambarnya. Ternyata, itu adalah sebuah proses perjalanan saya menjadi penulis." *diambil dari majalah Lisa edisi Juli*
Pernah dengar kalo negara kita memiliki minat baca terendah dan kekurangan penulis? Nah, kalo budaya nulis *baca juga tentunya* sudah dibiasakan sejak kecil, negara kita bakalan punya banyak penulis-penulis handal. Asyik euyy... btw, para blogger pada punya cita-cita jadi penulis kagak? Tapi semuanya pada bakat jadi penulis :p heheuheu... buktinya, blognya terupdate terus. Sebagian besar nulis tentang hal yang dialami sehari-hari, yang dilihat, yang dibaca terus diceritain. Olala... maka setidaknya sudah banyak bakal calon *kayak pemilihan presiden saja* penulis. Di IBA saja sudah terdaptar 316 blogger, belum yang lainnya. So blogger, ayo terus menulis!!! waduh...maap, maap, maap, kok jadi ngelantur nih... zzzz ngantuk. tidur dulu ah... nunggu dibangunin sama kokok ayam... kukuruyuk.... |
posted by adhip @ 2:50 PM |
|
|
Sunday, March 14, 2004 |
Harga Sebuah Nyawa |
Post pertama kali, kamis 31 juli 2003 di kukuruyuk
He said i've just shoot John Lennon, John Lennon's die, John Lennon's die... kalo ndak salah itu lirik lagunya Che Cranberries di album ketiga (kalo ndak salah lho :D hehehe...). Siapa sih yang tidak tau akhir hidup john lennon yang tragis itu? Dor... dor...
Akhir ini juga sudah banyak kasus dor... dor..., baca ndak koran tempo edisi minggu, 27 juli 2003. Liputan utamanya nurunin berita tentang pembunuh bayaran. Hii...
Ternyata para eksekutor ini (pembunuh bayaran) bersedia melaksanakan tugasnya dengan imbalan jasa 200 jt sampe 1 miliar, tergantung dari tingkat kesulitan dang posisi si korban. Para eksekutor ini nggak perlu merasa tau tentang siapa yang bakal mereka dor atau alasan apa mereka di dor, yang penting ngelaksanaiin tugasnya. Kejam nian dikau... Yang lebih parahnya lagi, ternyata ada yang mau dibayar 100 ribu (ingat berita kriminal pembunuhan mahasiswi di surabaya? Pelakunya kalo nggak salah cleaning service univ yang diorder cuman 200 rb). Bagaimanapun juga, nggak peduli itu 100 ribu ato 1 miliar, nyawa manusia tidak bisa dibeli dengan uang. Betapa murahnya harga manusia... |
posted by adhip @ 4:12 PM |
|
|
Saturday, March 13, 2004 |
Kesehatan, HAM Yang Kurang Populer? |
Post pertama kali, selasa 29 juli 03 di kukuruyuk
Berita tentang pasien yang tidak dapat menebus obat ato pasien kritis yang kudu nyelesaiin dulu birokrasi keuangan, etc baru bisa mendapatkan pelayanan kayaknya sudah biasa di dengar.Ternyata, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik di negara kita ini, harganya teramat mahal coi. Weleh... weleh... jangan heran kalo akses masyarakat kurang mampu terhadap pelayanan kesehatan yang baik nyaris tidak ada sama sekali. Belum lagi RS yang dulunya milik pemerintah berubah haluan jadi perjan (perusahaan jawatan). Subsidi pemerintah makin dikurangi, alhasil, untuk memberikan layanan yang baik RS perjan mirip dengan RS swasta, mahal euy... Orientasi kemanusiaan terkalahkan oleh orientasi laba, waduh! Padahal (denger-denger nih) masalah HAM & kesehatan sudah dinyatakan dalam deklarasi PBB. Katanya(kata si PBB), tiap orang itu berhak atas taraf hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarga. Terus... trus... undang-undang kesehatan kita pasal 7 dan 9 (thuing*lagi ngapalin*) menyatakan bahwa (cie...) pemerintah itu punya tugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata, terjangkau dan bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (duh...mulia bangat). Tapi kenyataannya, hingga kini anggaran kesehatan dalam RAPBN tidak pernah lebih dari 3%. Padahal WHO dah nganjurin kalo anggaran kesehatan itu MINIMAL 5% dari seluruh anggaran pemerintah. Hwalah... ironik bukan? |
posted by adhip @ 4:18 PM |
|
|
Friday, March 12, 2004 |
Kacang |
Post pertama kali, selasa 22 juli 03 di kukuruyuk
Sudah kebiasaan saya kalo datang ke satu daerah yang baru, pengen nyoba makanan khasnya. Pas nyobain ketoprak (bukan ketoprak humor) ternyata nyaris tidak jauh beda dengan gado-gado. Ato mungkin juga pecel, karedok, siomay, batagor. Hayo... apa coba? Ternyata kesemuanya memakai bumbu kacang. Mungkin sebagian besar makanan tradisional di pulau jawa (sunda,betawi,jawa) didominasi dengan bumbu kacang ya? Gimana kalo dalam sehari, sarapannya pake ketoprak, trus makan siangnya dengan nasi pecel ato gado-gado, trus sorenya jajan siomay, pas makan malam dengan sate madura (lagi-lagi dengan saos kacang). Wow, tiada hari tanpa kacang hehehe :p Asal bukan dikacangin saja, emang enak? |
posted by adhip @ 7:41 PM |
|
|
Thursday, March 11, 2004 |
Pengungsi ... oh ... pengungsi |
Post pertama kali, senin 21 juli 03 di kukuruyuk
Tidak mendapat perawatan, dua pengungsi meninggal. Demikian judul berita harian kompas, rabu 2 juli 2003. Kok bisa? Padahal masalah pengungsian di negara kita bukan hal yang baru lagi. Masih ingat dengan badai tsunami yang melanda NTT dulu? (sudah berapa tahun ya?) atau mungkin yang agak dekatan tentang kerusuhan ambon, poso, sambas, timtim, aceh, nunukan ato musibah banjir yang melanda jakarta. Dari kejadian-kejadian itu, seharusnya negara kita sudah mahir dalam mengatasi masalah pengungsian. Apa pemerintah kita kurang serius menangani masalah kepengungsian? Kalau tidak salah, dulu pernah ada rencana untuk membentuk suatu trauma center. Masalah pengungsi bukan hanya kesehatan fisik semata, tapi juga psikologis. Bayangkan, para pengungsi yang menyaksikan perlakuan barbar terhadap keluarga mereka. Nggak tau trauma center ini sudah ada ato belum ya? (ada yang tau?). Saat ini, setau saya yang sudah berjalan baru brigade siaga bencana (BSB) yang sudah memiliki 12 center, yang siap diterjunkan jika terjadi berbagai bencana (tidak hanya bencana alam saja). Atau mungkin pemerintah kita sudah serius tapi terlalu banyaknya orang-orang serakah di negara kita yang punya hobi mengeruk keuntungan. Penyimpangan dana bantuan pengungsi merupakan hal yang biasa. Atau mungkin kesehatan (termasuk kesehatan pengungsi) masih merupakan HAM yang kurang populer? |
posted by adhip @ 8:26 PM |
|
|
|
Pete-pete vs Angkot |
Post pertama kali, ahad 20 juli 03 di kukuruyuk
Pete-pete disini bukan berarti bayar sendiri-sendiri tapi pete-pete sebutan untuk angkot di kota makassar.Trus, pete-pete vs angkot apa maksudnya?Sabar dulu ya. Beberapa waktu lalu, saya posting tulisan tentang kekesalan saya sama yang namanya pete-pete. Eh, ternyata setelah 3 bulan tinggal di bekasi, angkot di sini lebih tidak menyenangkan lagi (kyaa..baru sadar untuk menilai sesuatu kadang perlu dibanding-bandingin, padahal saya paling benci kalo dibanding-bandingin dengan orang lain :p jadi malu). Pete-pete di makassar lebih menghargai kenyamanan penumpang, di bekasi penumpang dijejal sebisa mungkin. Disamping sopir duduk berdua, dibelakang pada posisi monitor juga ditempati dua orang (kalo musim hujan gimana ya? pintunya kan jadi ndak bisa ketutup). Total penumpang jadinya 14 orang. Lha, kalo di makassar penumpang yang duduk di samping sopir berdua sudah kena tilang, heuheuhehe... Trus ada lagi angkot yang ukurannya lebih gede dari L300 (tauk namanya apa,tapi melayani rute bekasi-lippo cikarang via tol barat/timur), di antara dua tempat yang saling berhadapan masih disisipi 6 penumpang lagi,t otal satu mobil bisa nampung 25 penumpang. Yang lebih parah lagi angkotnya ngetem atawa nggak bakalan jalan sebelum penumpang penuh, kalo naik angkot siang-siang kebayangkan gimana rasanya? Yang lainnya lagi, sopir suka menurunpaksakan penumpang seenaknya, padahal belum sampai di tujuan sesuai dengan rute angkot. Eh, malah hukumnya wajib bayar lagi! Jauh beda dengan pete-pete di makassar, kalau saja sopir tidak bisa ngantar sampai tempat tujuan, penumpang dipersilakan turun untuk mengambil angkot lain dan sama sekali tidak dipungut bayaran. Waduh... jadi kangen sama pete-pete nih. |
posted by adhip @ 9:24 AM |
|
|
Tuesday, March 09, 2004 |
Ayo... sekolah!? |
Post pertama kali, sabtu 19 juli 03 di kukuruyuk
Penerimaan mahasiswa baru angkatan 2003 ini, FKUH menerima sekitar empatpuluan mahasiswa malaysia. Program ini sendiri sudah berlangsung sejak 1995, dan tiap mahasiswa dipungut biaya masuk US$8000 dan US$3000 persemester. Sedang dari jalur khusus biaya masuk minimal 53jt (ini bisa lebih loh, tahun lalu saja denger-denger ada yang sampe 100jt). Ayo cepat cari kalkulator, berapa banyak dokat yang bakal didapat? Dananya nanti bakalan dipake buat nambahin fasilitas perpustakaan internet, perkuliahan audiovisual plus manekin buat praktikum. Kalo hanya berharap dari subsidi pemerintah, kapan baru bisa kesampaian. Yap, untuk saat ini fasilitas perkuliahan fkuh makin canggih, tapi kasian persentasi mahasiswa yang diterima lewat spmb makin kecil. Weks, pendidikan hanya bagi mereka yang punya dokat banyak? Awal tahun ajaran baru ini, kantor pegadaian diserbu nasabah. Sebagian besar nasabah menggadaikan perhiasan mereka untuk biaya pendidikan anak mereka. "Untuk makan sehari-hari saja sudah susah,apalagi untuk biaya sekolah," keluh Neni Sumarni (41) yang mengaku stress memikirkan susahnya mendaptarkan putra bungsunya ke SD. Ia merasa malu mengingat usia Ryan sudah 8 tahun, tetapi belum sekolah juga. Weks, pendidikan hanya bagi mereka yang punya dokat banyak? Saat membuka kongres PGRI beberapa waktu lalu, Presiden Mega menegaskan melalui pendidikan, warga masyarakat tumbuh sehingga mampu hidup secara cerdas, mampu menunaikan tanggung jawab serta kewajiban dengan loyal dan mampu berkompetisi dengan bangsa lain di dalam dunia yang kian sarat persaingan. Nah lho? kalo masyarakat kita tidak mampu membiayai sekolah, gimana? Wong dari dulu anggaran pendidikan dari APBN cuma seberapa sih?UU Sisdiknas pasal 49 ayat 1 hanya mengalokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan, bukan 20% dari APBN. Ini berarti, dana pendidikan hanya seperlima dari anggaran sektor pendidikan dalam APBN atawa cuman 4% dari total APBN. Gosh? Masih ingat dengan program wajib belajar 9 tahun?Ayo...sekolah!???? (sumber koran kompas) |
posted by adhip @ 4:30 PM |
|
|
Monday, March 08, 2004 |
Surat Sakit Yang Sakti |
Post pertama kali, senin 7 juli 03 di kukuruyuk
Warning buat para dokter. Hati-hati dalam memberikan surat keterangan sakit. Cerita berikut pernah terjadi. Seorang dokter memberikan surat keterangan sakit pada pasien X yang berkunjung ke tempat prakteknya.Yang jadi masalah adalah pasien meminta surat keterangan sakit untuk waktu seminggu yang lalu. Keesokan harinya, si dokter disamperin petugas kepolisian, menanyakan apakah betul pasien X tersebut datang ke tempat praktek dokter seminggu yang lalu? Selidik punya selidik, ternyata pasien X menjadikan bukti surat sakitnya sebagai alibi dari tindak kejahatan yang dilakukannya. Nah lho, para dokter waspadalah, waspada! (hhehhehhe...jadi bang napi nih). Ternyata surat sakit bisa berubah menjadi surat sakti. Banyak kok berita di koran-koran tentang terdakwa yang tidak menghadiri sidang dengan alasan sakit, dan sebagai bukti adalah surat sakit itu. Atau mau contoh yang lebih gampang lagi, mantan bapak presiden kita Soeharto, yang nggak pernah kesampean di periksa berkat surat sakti eh sakit. Hebat bukan. Surat sakit yang sakti. Nah para dokter,waspadalah...waspadalah! |
posted by adhip @ 8:50 PM |
|
|
|
I wanna be a little star |
Post pertama kali, ahad 6 juli 03 di kukuruyuk
Kembali ke masa SD saya, pada saat jam istirahat, teman-teman yang perempuan langsung ngambil koridor kelas sebagai lahan bermain mereka. Paling hobi main bola bekel ato lompat tali. Mending kalo ngambil lokasinya sebagian, lha... ini tali karetnya dibentangin selebar koridor, yang pada mo lewat harus minggir alias nggak nginjak koridor kelas. Belum puas main di sekolah yang waktu istirahatnya 10 menit, eh dilanjutin di rumah. Kompak pada pulang barengan. Sekarang ini masih banyak nggak ya anak SD yang suka main lompat tali? Masih kali ya? Bukan apanya sih. Sekarang bocah perempuan oleh ortu (ato ibu?) mereka sudah diajarin tampil beda. Sering jalan-jalan di mall ato ngeliat di tv, bocah perempuan masih piyik-piyik melenggok bak peragawati di atas catwalk dengan dandanan yang ngejreng.. jreng.. jreng... Itu bibir pada nyala-nyala, pipi seperti pelangi, senyum secentil mungkin, menggoda...ahhh. Gimana nggak menggoda, bajunya saja dipakein beda. Wudel keliatan, mini skirt, tank top, punggung keliatan. Waduh, ini orang tuanya dulu (ato ibu?) cita-cita jadi supermodel ato peragawati nggak kesampaian? Kembali ke masa SD saya dulu, kalo ada anak perempuan yang pake lipstik saja langsung disorakin ato diusilin sama anak-anak laki (mungkin SD saya ndesit sekali ya? Maklum, di pulau selatan sulawesi selatan). Make kuteks dari daun pacar yang warnanya oranye norak saja sudah dikomentarin. Wah...ortu sekarang ternyata mengajarkan kepercayaan diri yang kelewat berani (biasanya sih bocah-bocah perempuan diikutin kontes ratu-ratuan alasannya biar buat nambah percaya diri mereka, apa iya? ndak ada cara lain selain mengajarkan mereka untuk menjadi genit?). Weleh.. weleh.. weleh... |
posted by adhip @ 9:31 AM |
|
|
Sunday, March 07, 2004 |
Industrio Medical Complex |
Post pertama kali, sabtu 28 juni 03 di mediaplus
Masih asing dengan kiata-kata tersebut? Artinya bukan kompleks industri medis ato kesehatan. Istilah ini dipopulerkan oleh Prof.dr.Iwan Darmansjah,SpFK, guru besar farmakologi FK UI, yang berarti hubungan antara industri farmasi dan dokter yang ruwet (maksudnya sudah betul-betul complexities). Masih nggak ngeh? Gini penjelasannya. Industri farmasi (obat-obatan) untuk melariskan produk mereka, salah satu jalan yang ditempuh adalah bekerjasama dengan dokter agar si dokter dapat meresepkan obat-obat mereka ke pasien.Tentunya ini dengan 'imbalan jasa'. Biasanya, industri farmasi menanggung semua biaya akomodasi pada saat si dokter mengikuti simposium-simposium baik di dalam dan luar negeri. Bahkan bila si dokter pengen berlibur ke luar negeri, semua biaya siap ditanggung euy... (tentunya dengan 'syarat' resep tadi). Sebuah simbiosis mutualisme bukan? penjualan obat-obatan industri farmasi tersebut meningkat, dokterpun untung. Tapi apa betul? Di lain pihak,karena ingn mendapatkan 'upeti' yang berlimpah, si dokter malah bisa-bisa 'kebablasan' nulis resep. Nah, kalau obatnya mahal terus pasiennya kurang mampu, siapa yang menderita (ayo mikir!!). Dokternya yang salah? Tidak juga kok, kan dokternya bisa berkilah pemberian resep disesuaikan dengan kemampuan si pasien (ah,yang bener). Kadang justru pasiennya yang kelewat konsumptif, pengen yang mahal. Padahal kandungan utamanya sama, cuma 'brand name' nya yang bikin mahal. Kalo pasien yang kayak gini nih, pasti bakalan dikasih obat yang seabreg. Industrio medical complex sendiri mendorong mahalnya harga obat. Untuk ukuran kesejahteraan rakyat indonesia yang masih rendah, biaya kesehatanpun makin melambung. Industrio medical complex=simbiosis mutualisme di atas duka?Wallahualam. |
posted by adhip @ 4:42 PM |
|
|
Saturday, March 06, 2004 |
Naif : Alam sudah berubah |
Post pertama kali, rabu 25 juni 03 di mediaplus
Sudah liat videoklip - dia adalah pusaka sejuta ummat manusia... - punya Naif? Kesarakahan manusia terhadap alam yang divisualisasikan dalam bentuk "wayang". Pada videoklip tampak bangunan gedung-gedung bertingkat, kemacetan dan asap kendaraan, penebangan dan kebakaran hutan, hingga sapi yang hanyut terbawa banjir. Unik dan keren pisan. What a cool v clip. Yap, memang pada dasarnya manusia serakah. Berapa banyak pohon yang mati, penggusuran, untuk membangun sebuah kompleks perbelanjaan yang megah. Dan hal seperti ini baru saja terjadi pada salah seorang kawan saya. Rumahnya harus rela diratatanahkan untuk disulap menjadi sebuah terminal lengkap dengan pusat perbelanjaan. Duapuluh tahun yang lalu, masih bisa dikatakan hutan, pohon-pohon besar masih menjulang, sampe-sampe dibilangin kawasan angker :p heuheuheu... sebuah sungai kecil dengan air yang jernih dan ditepiannya dipenuhi dengan bunga tunjung (seperti bunga teratai tetapi kelopak daun tidak mengambang di atas air, lotus?). Sore harinya dihabiskan bermain di sungai dan mencari buah bunga tunjung yang rasanya seperti kacang. Tapi itu dulu, kini pohon-pohon ditumbangkan, sungai ditimbun dan menjadi kawasan industri gersang dengan buangan limbah yang terus menerus. Kini kawasan tersebut dibangun lagi terminal dan pusat perbelanjaan. Dan seperti lagu lama, penggusuran dengan ganti rugi yang tak sebanding terjadi. Bahkan lebih parah lagi, enam tahun yang lalu saat ide pembangunan terminal dan pusat perbelanjaan, di sekitar lokasi terjadi kebakaran yang penyebabnya tidak diketahui (lagu lama juga ya?). Kapan ya kita bisa lebih bijak? Ah..jadi kepingin lagi dengerin lagunya naif. |
posted by adhip @ 10:48 AM |
|
|
Friday, March 05, 2004 |
Gantala' jarang |
Post pertama kali, ahad 6 april 03 di mediaplus
Masih asing dengan judul di atas? Pengen tau arti judul di atas? Sabar dikit ya mas, mbak, kang, teh....
Tiap kali seseorang mengunjungi daerah lain, selalu saja yang ditanya; apa makanan khas daerah sini? ato tempat wisata yang menarik di sini apa? Yang lucu juga ketika pertama kali kenalan dan mengetahui asal daerah teman baru kita, basabasi yang keluar kuranglebih seperti ini; wah... dari kota x asalnya ya? makanan x ya? (hihihi.... jadi bingung ngebacanya). Contoh jelasnya kaya gini, begitu tau saya berasal dari makassar pasti bakalan nyebutin pisang epe', coto makassar, sop konro. Yap, ketiga makanan tadi sangat terkenal sebagai makanan khas daerah makassar. Malahan coto makassar dan sop konro terpilih sebagai rasa salah satu produk mi instant, yang disambut dengan demo pedagang coto dan konro. Katanya sih ngurangin konsumen mereka :D huahahaha...
Ada lagi makanan lainnya tapi kurang populer. Jauh berbeda dengan coto dan konro yang rame dengan rempah-rempahnya, makanan ini sangat sederhana dan mudah sekali ngebuatnya. Mo tau cara masaknya? Potong daging kuda ukuran dadu lalu rebus dan tambahkan garam hingga masak. Nggak perlu bumbu lainnya.Mudah bukan? Makanan inilah yang dinamai dengan gantala’ jarang dan berasal dari daerah je’ne ponto yang memang banyak kudanya. Mo nyoba? Silakan, silakan :D |
posted by adhip @ 10:07 AM |
|
|
Thursday, March 04, 2004 |
Perang media |
Post pertama kali, jum'at 4 april 03 di mediaplus
Invasi AS ke Irak nggak terasa sudah masuk pekan ke tiga. Sejak awal amerika tidak hanya mengandalkan perang dengan peralatan tempur yang serba canggih tapi juga media, dan tidak tanggung-tanggung CNN media terbesar dunia berada di balik amerika. Bagi amerika, setidaknya media sebagai usaha menjatuhkan moral prajurit irak. Lihat saja bagaimana media barat mempertontonkan prajurit irak yang tertawan, dan ketika televisi irak balik menayangkan tawanan amerika, Bush langsung mencak-mencak, alih-alih irak melanggar konvensi jenewa tentang tawanan perang. Alhasil, stasiun televisi irak diluluhlantakkan dan jaringan komunikasipun dihancurkan.
Berita dari media baratpun menjadi bias, terdistorsi dan kadang seperti memutarbalikkan fakta. Beberapa waktu lalu, tampak foto seorang prajurit amerika yang menggendong bocah laki-laki irak yang berdarah-darah. Foto yang sok humanis dan heroik dari parajurit amerika. Padahal tau sendiri kan, korban sipil di sana disebabkan serangan udara amerika. Hal ini yang menjadi alasan kenapa pemerintah malaysia mengirimkan tigapuluh wartawannya untuk terjun langsung mengetahui kejadian yang sebenarnya. Untung saja saat ini sudah ada al jazeera sebagai penyeimbang, memperlihatkan korban sipil akibat keganasan perang (tapi kok koresponden al jazeera diusir ama menpennya irak?). Kata Al jazeera pun menjadi kata kunci terbanyak di situs pencari google dan tiga kali lebih banyak dari katakunci sex di Lycos.Siapa yang menguasai media maka dia yang menguasai dunia. |
posted by adhip @ 9:00 AM |
|
|
Wednesday, March 03, 2004 |
Peminta-minta |
Post pertama kali, kamis 3 april 03 di mediaplus
Sama dengan kota-kota besar lain, perempatan jalan-jalan di Makassar juga terdapat peminta-minta. Lebih-lebih di perempatan bawakaraeng-veteran dan mesjid raya-veteran. Saking seringnya melewati perempatan ini, saya sampai dapat mengingat urutan duduk empat pengemis tua di trotoar jalan bawakaraeng yang selalu saja sama. Gerakan mereka seperti dikomando, mengacungkan bekas tempat sabun colek ketika pejalan kaki melewati mereka. Begitu juga dengan kumpulan bocah dengan rambut memerah dan tubuh dekil (di antara mereka ada yang menggendong bayi) di jalan mesjid raya. Mereka segera berlarian menghampiri pintu pete-pete atau kaca jendela mobil, mengacungkan tangan dan berkata memelas “Uang ta’ mo kodong, seratus mi!” Ups, di mana ya orang tua mereka? Tega-teganya membiarkan anaknya menjadi peminta-minta, hidup liar di jalanan serta membiasakan telinga mereka menerima berbagai sumpah serapah.
Yang lebih parah lagi, kayaknya nih saya sendiri. Ketika bekas tempat sabun diayunkan, menciptakan bunyi koin recehan beradu, ketika tangan menengadah, kok tangan ini terasa berat ya untuk memberi? “Ngapain dikasih, dia masih sehat dan kuat.” “Anak-anak itu ada yang mengkoordinir, nyuruh mereka jadi peminta-minta. Uangnya paling diambil sama bos mereka.” Alasan yang sangat klise kenapa tangan ini terasa berat merogoh kantong. Padahal seorang teman sudah ngasih tau, ketika memberi tidak usah dipikirkan uangnya akan diapakan nantinya, ikhlas saja. Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Bukankah memberi perbuatan mulia, menambah pundi-pundi amalan kita? Yap, masih harus dilatih nih untuk ikhlas memberi. |
posted by adhip @ 9:52 AM |
|
|
Tuesday, March 02, 2004 |
Koin |
Post pertama kali, senin 31 maret 03 di mediaplus
Pernah ngalamin seperti ini? ketika kepingan koin logammu terjatuh, langsung ada yang nyeletuk “Lagi pamer kekayaan nih?”. Apa benar kepingan koin logam tersebut menyimbolkan kekayaan? Padahal tahu sendiri kan, nilai nominal koin kita sangat kecil, dari duapuluhlima rupiah sampai seribu rupiah (tapi koin seribuan jarang beredar). Yang lebih seru lagi, ketika kepingan koin tersebut disebut dengan dollar. Kebayangkan, nilai satu dolarnya saja sekarang delapan ribu sampai sembilan ribu rupiah, berapa banyak koin kepingan koin seratusan untuk menyamainya?
Pernah saya punya hobi ngumpulin koin seratus rupiah lama ( koin yang tebal dan berat). Setelah terkumpul sekotak es krim besar, wuih berat sekali (kaya nih ceritanya), eh, pas dihitung ternyata cuma dapat duapuluh ribu perak lebih sedikit. Kalau melihat kasus tadi, masih mau bilang “pamer kekayaan nih!” ketika kepingan koin teman kamu terjatuh?
Tapi kepingan koin dapat membuat iri hati mata uang kertas dengan nominal yang lebih besar. Ngerti tidak? Begini, sewaktu ada pengemis yang menghampiri kamu di persimpangan jalan, berapa yang sering kamu berikan? Pasti yang pertama dicari kepingan koin (ngaku saja!). Koin-koin ini pula yang paling banyak mengisi kotak-kotak sumbangan, termasuk kotak masjid. Hwaa… tapi lebih baik lagi kalau memberi bukan hanya dengan kepingan koin, yang lebih besar lagi nominalnya dong. Biar makin kaya, menambah amalan ibadah, biar hidup lebih hidup. |
posted by adhip @ 9:18 AM |
|
|
Monday, March 01, 2004 |
Pete-pete |
Post pertama kali, Jum'at 28 maret 03 di mediaplus
Sebulan yang lalu Kota Makassar mendapat penghargaan Tata Nugraha, sebuah penghargaan untuk kota yang lalu lintasnya tertib. Tapi jangan berharap kalau datang ke Makassar bisa menikmati jalanan yang nyaman. Hohoho…sebagian besar jalanan didominasi dengan pete-pete (sebutan untuk angkot) penyumbang terbesar kemacetan jalanan. Bagaimana tidak, kalau sopirnya suka berhenti tiba-tiba dan seenaknya. Jumlahnya saja sekarang sudah hampir mencapai limabelas ribu unit. Ngomongin soal pete-pete, ada beberapa hal yang buat saya menyebalkan saat berada di atas pete-pete.Mau tahu?
Pertama, paling nyebelin kalau naik pete-pete siang hari, jalanan macet, eh dapat posisi paling belakang. Apalagi kalau disamping ada perempuan yang demi tatanan rambutnya tidak mau acak-acakkan sedikitpun, menutup rapat jendela . Langsung keringat bercucuran. Mending kalau ngasih tissu, nyebelin bukan (paling enak sih duduk dekat pintu, anginnya banyak coi). Kedua, nggak ngenakin juga kalau orang yang duduk di samping saya ngerokok. Apalagi kalau pas hujan, semua jendela dan pintu tertutup. Asap rokok yang dihembuskannya dengan indahnya melayang perlahan-lahan memenuhi pete-pete (mo gimana lagi, asapnya terperangkap dalam pete-pete, nggak ada jalan keluar). Nahan nafas biar nggak terhirup? Paling bisa tahan satu setengah menit, habis itu malah lebih parah lagi,hembusin udara dalam dada yang sesak, terus hirup lebih dalam. Malah lebih banyak asap rokok yang terhirup kan! Sampai sekarang, saya selalu memvonis orang yang merokok di atas pete-pete memiliki sifat yang sangat egois, acuh, masa bodo tidak mau tahu keadaan sekelilingnya (maap, maap, tapi sampe sekarang saya belum ketemu sama perokok yang santun di pete-pete, yang minta ijin dulu sebelum nyulut rokoknya). Ketiga, yang menyebalkan juga kalo pete-pete sudah full (posisi 4-6-1 nih, ngerti nggak ya?) sama sopirnya masih dipaksain untuk nambah penumpang. Mau protes? Paling sopirnya bilang “Kalo mo enak , naik taksi saja!” Iya lah, naik taksi sudah tidak berdesakan, cepat, adem lagi. Tapi mo mi di apa kalo ongkos sedikit ji. Terpaksa sempit-sempitan duduknya.
Sopir pete-petenya ngebut atau rada ugal-ugalan? Hehehe… :D kalo ini sih sebenarnya saya suka. Apalagi kalo lagi buru-buru. Tidak apa-apalah kalau sopirnya ngebut, yang penting jago ngedrivenya. (tapi kasian juga pengguna jalan yang lain, bisa mancing emosi dan umpatan). Ada juga berapa tips nih, kalau lagi terbuiru-buru, jangan pilih pete-pete yang tampilan luarnya sudah mau ancur. Biasanya jalannya pelan sekali, mungkin takut pintu dan bannya lepas satu-satu (maapin ane pak sopir). Jangan juga naik pete-pete yang rela nungguin kamu walau kamu masih jauh di ujung gang atau berada setengah kilometer, karena pasti pete-pete seperti ini banyak singgah-singgahnya dan lama. Well, selamat naik pete-pete. |
posted by adhip @ 9:16 AM |
|
|
|
|
About Me |
Name: adhip
Home: makassar, south of sulawesi, Indonesia
About Me:
See my complete profile
|
Previous Post |
|
Archives |
|
Shoutbox |
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus. |
Links |
|
Powered by |
|
|